Natal tak kunjung tiba
hari enggan berputar
bosan menggoda dalam penantian
kapan kan tiba
di kampung halaman
di kampung halaman
kubuka halaman buku ini satu persatu
buku yang bagai kitab bagiku
hingga terpaut di halaman limaratusan
547 persisinya.
buku yang bagai kitab bagiku
hingga terpaut di halaman limaratusan
547 persisinya.
Perlahan…
aku menyimak,
kerinduan yang dalam
dari Sitor Situmorang
untuk tanah dan leluhurnya
tertuang dalam puisinya bernama
DANAU TOBA
Danau Toba
(by: Sitor Situmorang)
Aku rindu pada bahagia anak,
Yang menunggu bapaknya pulang,
Dari gunung membawa puput,
Sepotong bambu tumbuh di paya-paya.
Pada perahu tiba-tiba muncul sore,
Dari balik tanjung di teluk danau,
Membawa Ibu dari pekan,
Dengan oleh-oleh kue beras
bergula merah.
Aku rindu pada malam berbulan,
Kala si tua dan si anak mandi
sinar purnama,
Berkaca di permukaan danau biru –
Sebelum air mengelucak di musim kemarau.
Aku rindu pada bunyi seruling gembala,
Bergema di bukit memenuhi lembah,
Pada permainan di gua-gua batu
penuh lebah,
Kala api panen mengusik hewan
di tengah sawah.
Aku rindu. Aku rindu pada tebing
hijau,
Tempat ikan emas bercengkerama,
Di antara lumut menggeliat bening,
seperti taman zambrut dalam impian.
aku menyimak,
kerinduan yang dalam
dari Sitor Situmorang
untuk tanah dan leluhurnya
tertuang dalam puisinya bernama
DANAU TOBA
Danau Toba
(by: Sitor Situmorang)
Aku rindu pada bahagia anak,
Yang menunggu bapaknya pulang,
Dari gunung membawa puput,
Sepotong bambu tumbuh di paya-paya.
Pada perahu tiba-tiba muncul sore,
Dari balik tanjung di teluk danau,
Membawa Ibu dari pekan,
Dengan oleh-oleh kue beras
bergula merah.
Aku rindu pada malam berbulan,
Kala si tua dan si anak mandi
sinar purnama,
Berkaca di permukaan danau biru –
Sebelum air mengelucak di musim kemarau.
Aku rindu pada bunyi seruling gembala,
Bergema di bukit memenuhi lembah,
Pada permainan di gua-gua batu
penuh lebah,
Kala api panen mengusik hewan
di tengah sawah.
Aku rindu. Aku rindu pada tebing
hijau,
Tempat ikan emas bercengkerama,
Di antara lumut menggeliat bening,
seperti taman zambrut dalam impian.
Aku rindu pada batu-batu besar dan hitam,
Muntahan lahar dari perut bumi,
Pada pemandangan tua ribuan tahun,
Si gembala domba, termenung
di atas batu.
Aku rindu bau-bau di musim
panen,
Gelak si tani purba membakar jerami,
Rindu pada si nelayan pulang dari
danau,
Menyandang pukat dan ikan di sore hari.
Aku rindu pada suara kakak,
Memanggil aku pulang makan,
rindu pada resah bambu di benteng
kampung,
Melambaikan daunnya pada
angin gunung.
Aku rindu pada adikku, yang rindu padaku,
Aku rindu bunyi palu tukang perahu,
Aku rindu lenguh sapi, pada bau
kerbau,
Aku rindu, rindu suara Ibu,
terkubur di pinggir danau.
Aku rindu lonceng gereja bertalu-talu,
Rindu gemanya merayap-rayap
di udara,
Menyongsong malam, mengumumkan satu-satu
kematian,
Merayakan perkawinan – serta kelahiran,
Pada malam Natal, Kisah Tiga Raja
dari Timur,
datang menghormati Anak Manusia,
di sana, di tepi Danau Toba, kelahiranku.
Pada pemandangan tua ribuan tahun,
Si gembala domba, termenung
di atas batu.
Aku rindu bau-bau di musim
panen,
Gelak si tani purba membakar jerami,
Rindu pada si nelayan pulang dari
danau,
Menyandang pukat dan ikan di sore hari.
Aku rindu pada suara kakak,
Memanggil aku pulang makan,
rindu pada resah bambu di benteng
kampung,
Melambaikan daunnya pada
angin gunung.
Aku rindu pada adikku, yang rindu padaku,
Aku rindu bunyi palu tukang perahu,
Aku rindu lenguh sapi, pada bau
kerbau,
Aku rindu, rindu suara Ibu,
terkubur di pinggir danau.
Aku rindu lonceng gereja bertalu-talu,
Rindu gemanya merayap-rayap
di udara,
Menyongsong malam, mengumumkan satu-satu
kematian,
Merayakan perkawinan – serta kelahiran,
Pada malam Natal, Kisah Tiga Raja
dari Timur,
datang menghormati Anak Manusia,
di sana, di tepi Danau Toba, kelahiranku.
Posting Komentar